Sabtu, 07 April 2012

Jenis Puisi

A.    Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain:
1.      Jumlah kata dalam 1 baris
2.      Jumlah baris dalam 1 bait
3.      Persajakan (rima)
4.      Banyak suku kata tiap baris
5.      Irama
Karangan ini terikat kepada bentuknya yang khusus dan tetap, jumlah perkataan dalam baris, jumlah baris dalam bait, rima dan irama, dan jumlah suku kata.
Selain itu, puisi lama juga bersifat istana sentris, maksudnya selalu berkisar di seputar lingkungan istana. Biasanya anonim.
Puisi lama tidak hanya sebagai satu hasil kesenian, tetapi juga menjangkau alam mistik, berperan sebagai wadah pemeliharaan adat, pengajaran agama, pengajaran ilmu  pengasih, pertahanan, hiburan, dan kepercayaan.

ΓΌ  Macam-macam Puisi Lama
1.      Mantra
Mantra adalah merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan kepercayaan.
Kata mantra berasal dari kata mantra, mantr, atau matar, yang dalam bahasa Sansekerta berarti nyanyian memuja tuhan atau pemujaan dengan menggunakan kata-kata tertentu untuk memperoleh sesuatu yang diharapkan. Mantra hamper sama dengan jampi-jampi.
Keakraban masyarakat Melayu silam dengan alam sekitar mendorong timbulnya kepercayaan-kepercayaan bahawa alam sekitar mempunyai pengaruh dan kuasa yang menentukan sesuatu perkara dalam kehidupan mereka. Kepercayaan ini berkaitan erat dengan pengaruh animisme  yang diwarisi secara turun-temurun. Dari situ timbulah unsur-unsur kuasa magis seperti semangat dan roh yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap hal-hal yang diharapkan.
Pawang atau bomoh  adalah ahli-ahli penting yang menguasai dan mengamalkan mantera. Mereka membaca mantera dengan nada, irama, dan tekanan  suara tertentu sesuai dengan tujuan perbomohan atau suatu perkara.
Mantera tergolong dalam kelompok puisi karena pengucapan dalam bentuk mantera menggunakan kata-kata yang tersusun bait-bait, mempunyai makna yang tersirat, bahasa yang puitis.
Ciri-ciri mantra:
-          Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde
-          Bersifat lisan, sakti atau magis
-          Adanya perulangan
-          Metafora merupakan unsur penting
-          Bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan misterius
-          Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan persajakan.

Contoh:

Hai Tok Mambang Putih, Tok Mambang Hitam
Yang diam dibulan dan matahari
Melimpahkan sekalian alam asalnya pawang
Menyampaikan sekalian hajatku,
Melakukan kehendakku,
Assalamualaikum!
….

2.      Gurindam
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India).
Di Indonesia, gurindam lebih terkenal dalam masyarakat Melayu terutama di Sumatera. Di Sumatera gurindam juga dikenali dengan nama Muslihat Aceh, Gurindam Barus, Lagak Minang, dan sebagainya. Kata gurindam berasal dari bahasa Tamil yaitu kirandum.
Persamaan gurindam dengan pantun hanyalah pada isi dan tema yang terkandung di dalamnya yaitu sama-sama mengandung nasihat, bersifat mendidik, serta banyak berisikan masalah agama. Perbedaannya terletak pada persajakan dan jumlah baris, gurindam berbeda dengan pantun.
Ciri-ciri gurindam:
-          Dua baris tiap bait
-          Sajak akhir berirama a – a ; b – b; c – c dst.
-          Berasal dari Tamil (India)
-          Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatu sebab akibat
-          Baris pertama menyatakan pikiran atau peristiwa
-          Baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah (keterangan dari baris pertama)

Gurindam yang terkenal adalah Gurindam Dua Belas karya Ali Haji. Disebut gurindam dua belas sebab jumlah baris seluruhnya berjumlah dua belas.

Contoh :

Awal diingat di akhir tidak
Alamat badan akan rusak
Barang siapa mengenal dua
Tahulah dia barang terperdaya
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir
Di situlah banyak orang tergelincir
Barang siapa meninggalkan sembahyang
Seperti rumah tak bertiang
Jika hendak mengenal orang berbangsa
Lihatlah kepada budi dan bahasa
Apabila anak tidak dilatih
Jika besar ibu bapaknya letih

3.      Syair
Syair adalah puisi lama bentuk puisi lama yang digunakan untuk bercerita atau berkisah. Berasal dari Arab.
Karena tergolong puisi naratif, maka syair tidak pernah terdiri dari satu bait. Sebaliknya, syair selalu terdiri atas berpuluh-puluh bait, bahkan beratus-ratus bait. Syair juga memiliki aturan-aturan yang ketat.

Ciri-ciri syair:
-          Setiap bait terdiri dari 4 baris
-          Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
-          Bersajak a – a – a – a
-          Isi semua tidak ada sampiran (keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair)
-          Syair untuk menguraikan cerita sehingga tidak cukup hanya satu bait, tetapi memerlukan beberapa bait
-          Tiap baris terdiri dari dua periodus, dan tiap periodus terdiri dari dua patah kata.

Contoh :

Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Negeri bernama Pasir Luhur (a)
Tanahnya luas lagi subur (a)
Rakyat teratur hidupnya makmur (a)
Rukun raharja tiada terukur (a)

Raja bernama Darmalaksana (a)
Tampan rupawan elok parasnya (a)
Adil dan jujur penuh wibawa (a)
Gagah perkasa tiada tandingnya (a)

4.      Rubaiat
Rubaiat yaitu puisi Arab yang berisikan hal-hal yang berhubungan dengan nasehat-nasehat berbentuk epigram (sindiran). Rubaiat terdiri atas empat baris tiap satu bait, bersajak a b a b.

Contoh:

Manusia

Subhanallah apa hal segala hal manusia
Yang tubuhnya dalam tanah jadi duli yang sia
Tanah itu kujadikan tubuhnya kemudian
Yang ada dahulu padanya terlalu mulia

5.      Kit’ah
Kit’ah yaitu puisi Arab yang berisikan nasehat-nasehat yang bersifat mendidik.

Contoh:

Jikalau dalam tanah pada ikhwal sekalian
Tiadakan kudapat bedakan pada antara rakyat dan sultan
Fana juga sekalian yang ada, dengarkanlah yang Allah berfirman
Kulluman’alaihi Famin, yaitu barang siapa yang di atas bumi itu lenyap jua

6.      Gazal
Gazal yaitu puisi yang berasal dari Persia yang berisi asmara/cinta kasih. Terdiri atas delapan baris, tiap baris berakhir dengan kata yang sama.

Contoh:

Kekasihku seperti nyawa pun adalah terkasih dan mulia juga
Dan nyawaku pun, mana daripada nyawa itu jauh ia juga
Jika seribu tahun lamanya pun hidup ada sia-sia juga
Hanya jika pada nyawa itu yang menghidupkan sementara nyawa manusia juga
Dan menghilangkan cinta pun itu kekasihnya yang setia juga
Bukhari yang ada nyawa itu adalah berbahagia juga
….

7.      Masnawi
Masnawi yaitu puisi Persia yang berisi puji-pujian tentang tingkah laku seorang yang mulia. Masnawi merupakan puisi lama yang berirama dua-dua.

Contoh:

Umar

Umar yang adil dengan perinya
Nyatalah pun adil dengan sendirinya
Dengan adil itu anaknya dibunuh
Inilah yang benar sungguh
Dengan bedah antara isi alam
Ialah yang besar pada siang malam
Lagipula yang menjauhan segala syar
Immamullah di dalam padang mashyar
Barang yang hak Ta’ala katakana itu
Maka katanya yang sebenarnya begitu

8.      Nazam
Puisi Arab yang berisikan cerita hamba sahaya, raja, sultan, pangeran, atau bangsawan istana. Terdiri atas 12 larik.

Contoh:

Bahwa bagi raja sekalian
Hendak ada menteri demikian
Yang pada suatu pekerjaan
Sempurnakanlah segala kerajaan
Menteri inilah maha tolan raja
Dan peti segenap rahasia sahaja
Karena kata raja itu katanya
Esa artinya dan dua adanya
Maka menteri yang demikianlah perinya
Ada keadaan raja dirinya
Jika rapat adanya itu
Dapat peti rahasianya di situ

9.      Pantun
Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat.
Pantun merupakan salah satu puisi yang terutama digunakan untuk berdialog atara dua orang atau bagian ratapan yang dinyanyikan.
Menurut Dr. Brandsetter, kata pantun berasal dari kata tun yang dalam bahasa Jawa sering disebut tuntun, dalam bahasa Tagalog disebut tonton yang diucapkan dalam aturan tertentu. Dalam bahasa Sunda, pantun berarti satu cerita (karangan) panjang berirama yang dinyanyikan dengan iringan musik. Sedangkan dalam masyarakat Melayu, pantun berarti kuantrain, yaitu puisi yang tersusun dalam struktur empat baris sebait.
Ciri-ciri pantun:
-          Setiap bait terdiri 4 baris
-          Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
-          Baris 3 dan 4 merupakan isi
-          Bersajak a – b – a – b
-          Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
-          Berasal dari Melayu (Indonesia)

Contoh :

Sungguh elok asam belimbing (a)
Tumbuh dekat limau lungga (b)
Sungguh elok berbibir sumbing (a)
Walau marah tertawa juga (b)

Ø  Macam-macam pantun dilihat dari bentuknya:
a.       Pantun Biasa
Pantun biasa sudah sering digunakan oleh masyarakat dan biasanya dikenal dengan nama pantun saja.

Contoh :

Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati

b.      Seloka (Pantun Berkait)
Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait.
Ciri-ciri Seloka:
-          Ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair,
-          Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua.
-          Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga, dan seterusnya.
-          Namun ada seloka yang ditulis lebih dari empat baris.

Contoh :

Seganda gugur di halaman
Daun melayang masuk kulah
Dengan adinda minta berkenalan
Rindunya bukan ulah-ulah
Daun melayang masuk kulah
Batang berangan di tepi paya
Rindunya bukan ulah-ulah
Jangan tuan tidak percaya
Batang berangan di tepi paya
Mari di jolok dengan galah
Jika tuan tidak percaya
Mari bersumpah kallamulah

c.       Talibun
Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya. Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi. Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi. Jadi, apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c. Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d.
Definisi umum bagi talibun menurut Kamus Dewan (2005) ialah sejenis puisi lama yang terdiri dari empat baris, enam baris, atau dua puluh baris yang bersajak di ujungnya. Talibun disebut juga dengan nama seromba dan mempunyai bentuk yang hampir sama dengan prosa lirik atau prosa berirama. Walau bagaimanapun, talibun berbeda dengan prosa lirik dan prosa berirama karena talibun merupakan cuplikan bagian cerita yang diambil dari prosa lirik.
Talibun biasanya bercerita tentang pelbagai perkara dan objek; seperti senjata, pakaian, kendaraan, negeri, tingkah laku manusia, fenomena alam, perasaan, dan tradisi yang terdapat dalam sebuah cerita lipur lara.

Contoh :

Selasih di rimba Jambi
Rotan ditarik orang pauh
Putus akarnya di jerami
Kasih pun baru dimulai
Tuan bawa berjalan jauh
Itu menghina hati kami

d.      Pantun Kilat (Karmina)
Ciri-ciri karmina:
-          Setiap bait terdiri dari 2 baris
-          Baris pertama merupakan sampiran
-          Baris kedua merupakan isi
-          Bersajak aa-aa
-          Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
-          Setiap bait merupakan bagian dari keseluruhan.
-          Mengandung dua hal yang bertentangan yaitu rayuan dan perintah.

Contoh :

Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)

Ø  Macam-macam puisi dilihat dari isinya:
a.       Pantun Anak-anak
Biasanya berisikan:
-        Teka-teki
-        Jenaka
-        Kedukaan

Contoh :

Elok rupanya si kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang

b.      Pantun Orang Muda
Biasanya berisikan:
-        Jenaka
-        Cinta kasih
-        Ejekan

Contoh :

Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Sehidup semati kita bersama
Satu kubur kelak berdua

c.       Pantun Orang Tua
Biasanya berisikan:
-        Nasehat
-        Kiasan
-        Adat, dagang

Contoh :

Asam kandis asam gelugur
Kedua asam riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang

d.      Pantun Jenaka
Contoh :

Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga

e.       Pantun Teka-teki
Contoh :

Kalau puan, puan cemara
Ambil gelas di dalam peti
Kalau tuan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki

B.     Puisi Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima. Bahasanya juga sudah menggunakan bahasa sehari-hari. Ciri-ciri puisi baru antara lain:
a.       Bentuknya rapi, simetris;
b.      Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
c.       Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
d.      Sebagian besar puisi empat seuntai;
Puisi baru di Indonesia mulai lahir pada tahun dua puluhan. Dan mulai tahun itulah, puisi baru mulai terpengaruh dengan semangat barat.

ΓΌ  Macam-macam Puisi Baru
1.      Menurut bentuknya atau jumlah tiap bait, puisi dibedakan atas:
a.    Distikon
Distikon adalah sajak 2 seuntai. Mempunyai rima aa – bb. Berasal dari kata Distikon (Yunani) yang berarti dua baris.

Contoh:

Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal

Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh

(Or. Mandank)

b.   Terzina
Terzina adalah sajak 3 seuntai. Berasal dari kata Terzina (Itali) berarti tiga irama.

Contoh :

Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana

Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari

Dari; Madah Kelana
Karya: Sanusi Pane

c.    Quatrain
Quatrain adalah sajak 4 seuntai. Berasal dari kata Quatrain (Perancis) yang berarti empat baris. Dipelopori di Malaysia oleh Mahsuri S.N.

Contoh :

Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau

Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu

(A.M. Daeng Myala)

d.   Quint
Quint adalah sajak 5 seuntai. Pada asalnya, rima Quint adalah /aaaaa/ tetapi kini rima dalam Quint lebih bebas karena faktor kesukaran yang dialami oleh para penyair ketika membuatnya.

Contoh :

Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan

Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan

Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan

(Or. Mandank)

e.    Sektet
Sektet adalah sajak 6 seuntai. Berasal dari kata sextet (latin) yang berarti  enam baris. Dikenal juga sebagai ‘terzina ganda dua’. Rima akhir bebas.

Contoh :

Merindu Bahagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih

(Ipih)

f.     Septime
Septime adalah sajak 7 seuntai. Berasal dari kata septime (Latin) yang berarti tujuh baris. Rima akhir bebas.

Contoh :

Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya

(Muhammad Yamin)

g.    Oktaf/Stanza
Oktaf adalah sajak 8 seuntai. Berasal dari kata Oktaf (Latin) yang berarti delapan baris. Dikenal juga sebagai ‘double Quatrain’.

Contoh :

Awan

Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang

(Sanusi Pane)

h.   Soneta
Ciri-ciri soneta :
-          Terdiri atas 14 baris
-          Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina
-          Dua quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan yang disebut oktaf.
-          Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi yang disebut sextet.
-          Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam
-          Sextet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam oktaf , jadi sifatnya subyektif.
-          Peralihan dari oktaf ke sextet disebut volta
-          Penambahan baris pada soneta disebut koda.
-          Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 – 14 suku kata
-          Rima akhirnya adalah a – b – b – a, a – b – b – a, c – d – c, d – c – d.

Contoh :

Gembala

Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )

(Muhammad Yamin)

2.      Menurut isinya, puisi dibedakan atas:
a.         Balada
Balada adalah puisi berisi kisah/cerita.
Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.

Contoh: Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “ Balada Matinya Seorang Pemberontak”

b.        Himne
Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan atau lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra).
Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernafaskan ke-Tuhan-an.

Contoh:

Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)

c.         Ode
Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
Ciri ode nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.

Contoh:

Generasi Sekarang

Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia

(Asmara Hadi)

d.        Epigram
Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Berasal dari kata epigramma (Yunani) yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.

Contoh:

Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)

e.         Romance
Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari kata Romantique (Perancis) berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra.

Contoh:

Sajak Putih

Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama Kau darah mengalir dari luka
Antara kita mati datang tidak membelah ......

(Chairil Anwar)

f.          Elegi
Elegi adalah puisi atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.

Contoh:

Senja di Pelabuhan Kecil

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
(Chairil Anwar)

g.         Satire
Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari kata Satura (Latin)  yang berarti sindiran ; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc).

Contoh:

Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(Rendra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar