Selasa, 10 April 2012

Sinopsis Roman “Negeri Senja” Karya Seno Gumira Ajidarma


Novel roman “Negeri Senja” karya Seno Gumira Ajidarma ini bercerita tentang catatan seorang pengembara / musafir lata yang sedang melakukan perjalanan di sebuah negeri yang tidak terdapat di dalam peta, negeri ini ada tapi tiada, negeri yang miskin dimana waktu seolah-olah tidak bergerak, karna selalu berada dalam keadaan senja, matahari tertahan terus di cakrawala, tidak ada pagi, tidak ada siang, tidak ada malam yang ada hanya senja. Negeri ini disebut Negeri Senja.

Bagi si Pengembara sendiri, Negeri Senja adalah negeri yang paling indah karena kegemarannya yang selalu mencari pesona senja ke seluruh pelosok negeri. Namun ternyata, bukan hanya pesona senja yang dia temukan di Negeri Senja. Di balik keindahan senja itu dia temukan drama manusia dalam permainan kekuasasaan yang intrik, penindasan dan pembantaian.
Di Negeri Senja ini konon, dan memang hanya konon negeri ini telah berdiri semenjak 500 tahun semenjak pengembara itu terdampar di negeri ini, dan sejak 200 tahun ini di pimpin oleh Puan Tirana seorang perempuan buta yang memimpin dengan kejam di mana semua hal yang berbau pengetahuan dan kebebasan berpendapat merupakan hal yang sangat tabu di lakukan, ironis sekali, di negeri yang sepertinya tiada pernah habis-habisnya cahaya senja yang teramat indah itu, kata cinta tidak ada definisinya tidak di fikiran penduduknya bahkan tidak juga ada dalam kamus bahasa “Antarbangsa – Negeri Senja dan Negeri Senja – Antarbangsa” yang dipunyai musafir lata itu. Karena cinta, kasih dan sayang telah dihapus dari kamus bahasa negeri senja oleh Tirana. Penghapusan ini konon dan memang hanya konon karena dilatarbelakangi sebuah pengkhianatan cinta yang pernah dialami sang penguasa Tirana.
Naiknya Tirana ke pundak kekuasaan diselimuti misteri. Tidak ada seorangpun saksi hidup yang bisa berkisah tentang bagaimana perempuan itu bisa berkuasa. Ketika mereka dilahirkan, Tirana telah menjadi penguasa Negeri Senja dan di negeri itu catatan sejarah yang bisa dibaca tidak ada sama sekali.
Selama kepemimpinan Tirana pemberontakan, penentangan, dan percobaan pembunuhan pun sering kali dilakukan terhadapnya, tapi dengan kemampuannya membaca fikiran setiap orang yang terkena sinar senja dan pasukan khusus beserta mata-mata yang dipunyainya dia bisa menghancurkan serta memberengus semuanya, bahkan konon, dan memang hanya konon arwah para pemberontak pun akan di penjarakannya dan selama itu pulalah semua penduduk Negeri Senja berbicara seperlunya bahkan berfikirpun mereka batasi hanya pada tempat-tempat yang gelap, di lorong-lorong yang gelap dan pengap dimana cahaya senja tidak bisa menembus, mereka berani untuk berfikir dan berbicara tetapi itu pun hanya untuk hal-hal yang dirasakan teramat sangat penting.  Oleh karea itu, rakyat Negeri Senja menjadi terbiasa hidup dalam kegelapan dan selalu menghindari cahaya. Memang itulah yang dikehendaki oleh Tirana agar rakyatnya selalu hidup dalam kegelapan seperti halnya dirinya yang buta.
Sejumlah rakyat yang merasa sudah sangat tertindas oleh kekuasaan sang Tirana, bersama-sama menggalang kesatuan untuk menggerakkan perlawanan terhadap sang penguasa. Mereka menamakan dirinya sebagai Partai Hitam. Namun di tengah usaha pembunuhan Tirana dalam suatu pemberontakan yang dilakukan oleh kaum perlawanan itu,  Tirana yang memiliki kekuatan seperti Tuhan namun bukan Tuhan membantai orang-orang dan membakar Negeri Senja hingga hanya tersisa Istana Pasir tempat Ia dan pengikutnya berada.
Menyaksikan seluruh peristiwa mengerikan ini, si Pengembara tak tahan karena selalu dihantui setiap hari sehingga memutuskan untuk meninggalkan Negeri Senja dengan segala rahasia di dalamnya dan meneruskan perjalanan yang memang menjadi tujuan hidupnya.

4 komentar: