Novel roman “Negeri Senja” karya Seno Gumira Ajidarma ini
bercerita tentang catatan seorang pengembara / musafir lata yang sedang
melakukan perjalanan di sebuah negeri yang tidak terdapat di dalam peta, negeri
ini ada tapi tiada, negeri yang miskin dimana waktu seolah-olah tidak bergerak,
karna selalu berada dalam keadaan senja, matahari tertahan terus di cakrawala,
tidak ada pagi, tidak ada siang, tidak ada malam yang ada hanya senja. Negeri
ini disebut Negeri Senja.
Bagi
si Pengembara sendiri, Negeri Senja adalah negeri yang paling indah karena
kegemarannya yang selalu mencari pesona senja ke seluruh pelosok negeri. Namun
ternyata, bukan hanya pesona senja yang dia temukan di Negeri Senja. Di balik
keindahan senja itu dia temukan drama manusia dalam permainan kekuasasaan yang
intrik, penindasan dan pembantaian.
Di Negeri Senja ini konon, dan memang hanya konon negeri ini
telah berdiri semenjak 500 tahun semenjak pengembara itu terdampar di negeri
ini, dan sejak 200 tahun ini di pimpin oleh Puan Tirana seorang perempuan buta
yang memimpin dengan kejam di mana semua hal yang berbau pengetahuan dan
kebebasan berpendapat merupakan hal yang sangat tabu di lakukan, ironis sekali,
di negeri yang sepertinya tiada pernah habis-habisnya cahaya senja yang teramat
indah itu, kata cinta tidak ada definisinya tidak di fikiran penduduknya bahkan
tidak juga ada dalam kamus bahasa “Antarbangsa – Negeri Senja dan Negeri
Senja – Antarbangsa” yang dipunyai musafir lata itu. Karena cinta, kasih
dan sayang telah dihapus dari kamus bahasa negeri senja oleh Tirana.
Penghapusan ini konon dan memang hanya konon karena dilatarbelakangi sebuah
pengkhianatan cinta yang pernah dialami sang penguasa Tirana.
Naiknya
Tirana ke pundak kekuasaan diselimuti misteri. Tidak ada seorangpun saksi hidup
yang bisa berkisah tentang bagaimana perempuan itu bisa berkuasa. Ketika mereka
dilahirkan, Tirana telah menjadi penguasa Negeri Senja dan di negeri itu
catatan sejarah yang bisa dibaca tidak ada sama sekali.
Selama kepemimpinan Tirana pemberontakan, penentangan, dan
percobaan pembunuhan pun sering kali dilakukan terhadapnya, tapi dengan kemampuannya
membaca fikiran setiap orang yang terkena sinar senja dan pasukan khusus
beserta mata-mata yang dipunyainya dia bisa menghancurkan serta memberengus
semuanya, bahkan konon, dan memang hanya konon arwah para pemberontak pun akan
di penjarakannya dan selama itu pulalah semua penduduk Negeri Senja berbicara
seperlunya bahkan berfikirpun mereka batasi hanya pada tempat-tempat yang
gelap, di lorong-lorong yang gelap dan pengap dimana cahaya senja tidak bisa
menembus, mereka berani untuk berfikir dan berbicara tetapi itu pun hanya untuk
hal-hal yang dirasakan teramat sangat penting. Oleh karea itu, rakyat Negeri Senja menjadi
terbiasa hidup dalam kegelapan dan selalu menghindari cahaya. Memang itulah
yang dikehendaki oleh Tirana agar rakyatnya selalu hidup dalam kegelapan
seperti halnya dirinya yang buta.
Sejumlah
rakyat yang merasa sudah sangat tertindas oleh kekuasaan sang Tirana,
bersama-sama menggalang kesatuan untuk menggerakkan perlawanan terhadap sang
penguasa. Mereka menamakan dirinya sebagai Partai Hitam. Namun di tengah usaha
pembunuhan Tirana dalam suatu pemberontakan yang dilakukan oleh kaum perlawanan
itu, Tirana yang memiliki kekuatan
seperti Tuhan namun bukan Tuhan membantai orang-orang dan membakar Negeri Senja
hingga hanya tersisa Istana Pasir tempat Ia dan pengikutnya berada.
Menyaksikan
seluruh peristiwa mengerikan ini, si Pengembara tak tahan karena selalu
dihantui setiap hari sehingga memutuskan untuk meninggalkan Negeri Senja dengan
segala rahasia di dalamnya dan meneruskan perjalanan yang memang menjadi tujuan
hidupnya.
aku baca tulisanmu jadi pengen baca novelnya. kamu punya gak mbakyu?
BalasHapusTerima kasih, bisa jadi referensi :D
BalasHapusTerima kasih, bisa jadi referensi :D
BalasHapusSipp. Bagus resensinya.
BalasHapus