Sastra
adalah karya yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan,
keartistikan, kehidupan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman, 1990: 17). Karya
sastra biasanya menampilkan suatu gambaran kehidupan yang berdasarkan fakta
sosial dan kultural, karya sastra pada dasarnya bukan hanya sebagai hasil
tiruan realitas kehidupan tetapi merupakan penafsiranpenafsiran terhadap
realitas yang terjadi di masyarakat (Esten, 1989: 8).
Novel
adalah salah satu bentuk karya sastra yang menyajikan cerita fiksi dalam bentuk
tulisan atau kata-kata, yang mempunyai unsur intrinsik dan ekstrensik. Sebuah
novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia bermacam-macam masalah
dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesamanya. Seorang pengarang berusaha
semaksimal mungkin mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita
kehidupan lewat cerita yang ada dalam novel tersebut.
Seperti
halnya cerita dalam novel Deviasi karya Mira W yang ceritanya sangat menarik. Mira
W membuat cerita dalam novel Deviasi terlihat hidup. Artinya, meskipun novel
tersebut dikarang ketika tahun 1999 namun cerita yang diangkat masih menggambarkan
keadaan atau situasi lingkungan yang terjadi pada tahun 2011 sekarang. Bahkan
ketika sudah 12 tahun berlalu, cerita yang mengangkat kekerasan dalam rumah
tangga dimana pihak wanita yang menjadi korban masih saja menjadi perbincangan
hangat karena masih menjadi permasalahan di masyarakat.
Mira
W adalah seorang pengarang yang peka terhadap masalah-masalah yang dihadapi
oleh individu dan masyarakat. Novel Deviasi yang terbit pada tahun 1999
merupakan novel karya Mira W yang
mempunyai kelebihan dalam menceritakan kehidupan tokoh perempuan. Novel
tersebut menceritakan gambaran kenyataan yang ada dalam kehidupan masyarakat.
Perspektif jender dan ketidakadilan jender menjadi masalah menarik yang
diungkapkan pengarang melalui tokoh-tokoh dan menjadi peristiwa yang
diceritakan.
Pembahasan
dilakukan dengan menggunakan tinjauan sastra feminis untuk bisa mengetahui
masalah-masalah yang menunjukkan adanya kesetaraan jender dan ketidakadilan
jender dalam novel tersebut serta hubungan dengan kenyataan dalam masyarakat
Feminis
berasal dari kata femme (woman),
perempuan (tunggal) yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan
(jamak) sebagai kelas sosial. Tujuan feminis adalah keseimbangan atau interaksi
jender. Feminis dalam pengertian yang luas adalah gerakan kaum perempuan untuk
menolak segala sesuatu yang diimajinasikan, disubordinasikan, dan direndahkan
oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan
sosial pada umumnya. (Ratna, 2004 : 184). Feminisme secara umum berarti
ideologi pembahasan perempuan karena ada keyakinan perempuan mengalami
ketidakadilan karena jenis kelaminnya (Humm, 2002 : 158).
Masalah
perspektif jender yang terkandung dalam novel Deviasi salah satunya ditunjukkan
melalui tokoh Arneta, seorang istri yang selalu menderita karena bersuamikan
Rivai yang memiliki deviasi seksual dan kepribadian ganda. Masalah ketidakadilan
antara lain diungkapkan dalam bentuk tindak kekerasan terhadap istri yang
diterima Arneta dari Rivai, baik secara mental maupun fisik.
Dalam
novel Deviasi digambarkan kehidupan Arneta yang menyedihkan karena sering
menerima perlakuan kasar dari suaminya, Rivai. Rivai digambarkan sebagai
seorang suami yang mempunyai kepribadian ganda, terkadang bisa sangat lembut
namun terkadang bisa berlaku buas melebihi binatang. Digambarkan juga sifat
pencemburunya yang terlalu besar, egois dan gemar berjudi. Hal tersebutlah yang
membuat Arneta selalu menjadi korban kekerasan, mental maupun fisik, sehingga
memutuskan untuk bercerai.
Fenomena
dalam novel Deviasi terjadi juga di kehidupan masyarakat sesungguhnya. Banyak
kaum wanita, dalam hal ini seorang istri, yang menerima perlakuan keras dari
kaum pria (suami). Kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga selalu saja
menempatkan seorang perempuan menjadi korban karena kodratnya yang lemah dan
pasrah terhadap laki-laki. Para istri hanya dapat menangis tanpa ada perlawanan
(jika pun ada, mereka pastilah kalah) terhadap sikap semena-mena suaminya.
Berjudi, mabuk-mabukkan, memukuli bahkan menjual istrinya kepada orang lain
merupakan beberapa tindakan masih saja dilakukan oleh seorang suami. Hanya
beberapa di antara istri-istri tersebut yang kemudian berani untuk memutuskan
bercerai, salah satunya Arneta, tokoh utama dalam novel ini yang menunjukkan
ketegarannya.
Oleh
karenanya fenomena perceraianpun juga banyak terjadi di masyarakat yang
disebabkan kekerasan rumah tangga. Meskipun dapat menyelesaikan masalah kekerasan
yang terjadi namun tetap saja hal ini bukan pilihan yang langsung seenaknya
dapat diputuskan, tentu dengan berbagai pertimbangan, anak misalnya.
Untuk
menghindari perceraian, sudah seharusnya lah kaum pria memperlakukan wanita
dengan lebih baik, seperti Taufan memperlakukan Arneta, agar keluarga berjalan
dengan harmonis tanpa ada kekerasan dan pertengkaran yang terjadi.
Semua
manusia sama, baik pria maupun wanita mempunyai hak yang sama untuk
diperlakukan. Pria diciptakan memiliki kekuatan yang lebih dari seorang wanita,
sudah seharusnya kekuatan itu digunakan untuk melindungi bukannya menyakiti
wanita.
Dalam
novel Deviasi karya Mira W ini mengajarkan kepada masyarakat bahwa dalam sebuah
keluarga tidak boleh saling menyakiti agar tecipta keluarga yang harmonis.
Wanita bukanlah objek yang dapat dijadikan pelampiasan amarah dan nafsu, mereka
mempunyai hak untuk dicintai dan diperlakukan selayaknya manusia.
Kritik
satra ini menggunakan metode fenomenologi yang memunculkan fenomena dalam novel
dan menghubungkannya dengan realita sosial. Kritik ini termasuk kategori kritik
sastra feminisme karena menyoroti cerita dalam perspektif wanita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar