Selasa, 10 April 2012

Perspektif Jender dan Ketidakadilan Jender dalam Novel Deviasi Karya Mira W: Sebuah Kritik Sastra


Sastra adalah karya yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, kehidupan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman, 1990: 17). Karya sastra biasanya menampilkan suatu gambaran kehidupan yang berdasarkan fakta sosial dan kultural, karya sastra pada dasarnya bukan hanya sebagai hasil tiruan realitas kehidupan tetapi merupakan penafsiranpenafsiran terhadap realitas yang terjadi di masyarakat (Esten, 1989: 8).

Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang menyajikan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata, yang mempunyai unsur intrinsik dan ekstrensik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia bermacam-macam masalah dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesamanya. Seorang pengarang berusaha semaksimal mungkin mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan lewat cerita yang ada dalam novel tersebut.
Seperti halnya cerita dalam novel Deviasi karya Mira W yang ceritanya sangat menarik. Mira W membuat cerita dalam novel Deviasi terlihat hidup. Artinya, meskipun novel tersebut dikarang ketika tahun 1999 namun cerita yang diangkat masih menggambarkan keadaan atau situasi lingkungan yang terjadi pada tahun 2011 sekarang. Bahkan ketika sudah 12 tahun berlalu, cerita yang mengangkat kekerasan dalam rumah tangga dimana pihak wanita yang menjadi korban masih saja menjadi perbincangan hangat karena masih menjadi permasalahan di masyarakat.
Mira W adalah seorang pengarang yang peka terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh individu dan masyarakat. Novel Deviasi yang terbit pada tahun 1999 merupakan novel karya  Mira W yang mempunyai kelebihan dalam menceritakan kehidupan tokoh perempuan. Novel tersebut menceritakan gambaran kenyataan yang ada dalam kehidupan masyarakat. Perspektif jender dan ketidakadilan jender menjadi masalah menarik yang diungkapkan pengarang melalui tokoh-tokoh dan menjadi peristiwa yang diceritakan.
Pembahasan dilakukan dengan menggunakan tinjauan sastra feminis untuk bisa mengetahui masalah-masalah yang menunjukkan adanya kesetaraan jender dan ketidakadilan jender dalam novel tersebut serta hubungan dengan kenyataan dalam masyarakat
Feminis berasal dari kata femme (woman), perempuan (tunggal) yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak) sebagai kelas sosial. Tujuan feminis adalah keseimbangan atau interaksi jender. Feminis dalam pengertian yang luas adalah gerakan kaum perempuan untuk menolak segala sesuatu yang diimajinasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya. (Ratna, 2004 : 184). Feminisme secara umum berarti ideologi pembahasan perempuan karena ada keyakinan perempuan mengalami ketidakadilan karena jenis kelaminnya (Humm, 2002 : 158).
Masalah perspektif jender yang terkandung dalam novel Deviasi salah satunya ditunjukkan melalui tokoh Arneta, seorang istri yang selalu menderita karena bersuamikan Rivai yang memiliki deviasi seksual dan kepribadian ganda. Masalah ketidakadilan antara lain diungkapkan dalam bentuk tindak kekerasan terhadap istri yang diterima Arneta dari Rivai, baik secara mental maupun fisik.
Dalam novel Deviasi digambarkan kehidupan Arneta yang menyedihkan karena sering menerima perlakuan kasar dari suaminya, Rivai. Rivai digambarkan sebagai seorang suami yang mempunyai kepribadian ganda, terkadang bisa sangat lembut namun terkadang bisa berlaku buas melebihi binatang. Digambarkan juga sifat pencemburunya yang terlalu besar, egois dan gemar berjudi. Hal tersebutlah yang membuat Arneta selalu menjadi korban kekerasan, mental maupun fisik, sehingga memutuskan untuk bercerai.
Fenomena dalam novel Deviasi terjadi juga di kehidupan masyarakat sesungguhnya. Banyak kaum wanita, dalam hal ini seorang istri, yang menerima perlakuan keras dari kaum pria (suami). Kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga selalu saja menempatkan seorang perempuan menjadi korban karena kodratnya yang lemah dan pasrah terhadap laki-laki. Para istri hanya dapat menangis tanpa ada perlawanan (jika pun ada, mereka pastilah kalah) terhadap sikap semena-mena suaminya. Berjudi, mabuk-mabukkan, memukuli bahkan menjual istrinya kepada orang lain merupakan beberapa tindakan masih saja dilakukan oleh seorang suami. Hanya beberapa di antara istri-istri tersebut yang kemudian berani untuk memutuskan bercerai, salah satunya Arneta, tokoh utama dalam novel ini yang menunjukkan ketegarannya.
Oleh karenanya fenomena perceraianpun juga banyak terjadi di masyarakat yang disebabkan kekerasan rumah tangga. Meskipun dapat menyelesaikan masalah kekerasan yang terjadi namun tetap saja hal ini bukan pilihan yang langsung seenaknya dapat diputuskan, tentu dengan berbagai pertimbangan, anak misalnya.
Untuk menghindari perceraian, sudah seharusnya lah kaum pria memperlakukan wanita dengan lebih baik, seperti Taufan memperlakukan Arneta, agar keluarga berjalan dengan harmonis tanpa ada kekerasan dan pertengkaran yang terjadi.
Semua manusia sama, baik pria maupun wanita mempunyai hak yang sama untuk diperlakukan. Pria diciptakan memiliki kekuatan yang lebih dari seorang wanita, sudah seharusnya kekuatan itu digunakan untuk melindungi bukannya menyakiti wanita.
Dalam novel Deviasi karya Mira W ini mengajarkan kepada masyarakat bahwa dalam sebuah keluarga tidak boleh saling menyakiti agar tecipta keluarga yang harmonis. Wanita bukanlah objek yang dapat dijadikan pelampiasan amarah dan nafsu, mereka mempunyai hak untuk dicintai dan diperlakukan selayaknya manusia.
Kritik satra ini menggunakan metode fenomenologi yang memunculkan fenomena dalam novel dan menghubungkannya dengan realita sosial. Kritik ini termasuk kategori kritik sastra feminisme karena menyoroti cerita dalam perspektif wanita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar